24 September, 2018

Senja Di Ujung Kota


REY SI TUKANG PROTES

Namaku Zeezee Annisa. Zeean, begitu teman2 memanggilku. Aku putri tunggal dari ibu Hana darmawan seorang guru kesenian di SMA ternama di kotaku. Dan Rahmat Darmawan, ayahku seorang pelukis.

Hari ini seperti biasanya ketika hati lelah dan penuh dengan sedu sedan, aku pergi ke tempat dimana tempat itu adalah tempat yang selalu membuatku nyaman entah bagaimanapun keadaan hatiku. Suatu tempat yang tak pernah ada yang mengetahuinya kecuali seseorang dalam hidupku. Ya, tempat menumpahkan segala kesedihanku, tempat dimana aku merasa lebih baik, tempat dimana membuatku nyaman dengan diriku sendiri.
Pantai, yang di bebatuannya ada kenangan. Di pasirnya ada harapan. Dan lautnya ada kedamaian.

Senja kali ini tak ada ubahnya seperti  3 tahun terakhir. Hanya kehampaan, tak ada tujuan, dan kesendirian. 3 tahun, proses yang mengubah segalanya di hidupku terakhir ini. Waktu yang memaksaku bisa memandang dari berbagai sisi. Waktu yg menjadikanku untuk lebih dewasa dari umurku.

Hanya ada beberapa pasang muda mudi yang sedang berjalan jalan menikmati lukisan langit senja hari. Di sebelah kanan ada segerombol remaja laki laki bermain gitar dan bernyanyi, seakan hidup mereka begitu ceria.
Agak jauh di sebelah kiri ada sepasang suami istri yang sedang bermain pasir dengan kedua buah hatinya. Terlihat sekali mereka keluarga yang bahagia dan harmonis sekali.
Di sisi lain Aku berdiri termenung, ku sunggingkan senyum tipis ketika melihat keluarga itu. Tak lama ku tatap kembali lautan dan lukisan senja di langit, lalu ku bentangkan tanganku sejurus kemudian menutup mata, merasakan angin dan hangatnya mentari senja merasuk dalam ragaku. Ku buang segala penat dan sedih. Terasa nyaman setelahnya.

Alam mengajarkanku ketenangan sejati. Begitulah cara pendekatanku dengannya. Dan caraku berdamai dengan keadaan yang selama ini mengujiku.

Setelah sekian detik merasakan hawa damai yang merasuk,  Aku buka kembali mataku. Hati terasa lebih baik dan damai dari sebelumnya.
“ Zee.. “ beberapa kali terdengar ada yang memanggilku dari kejauhan. Aku menoleh kearah suara itu. Ternyata Rey yang datang. Dia satu kampus denganku tapi lain jurusan. Aku di Fakultas kesenian, dia di fakultas Teknik. Usianya satu tahun lebih tua dariku, tapi sikapnya seperti seumuran. Kalian pasti bertanya - tanya kenapa kita bisa kenal bukan ? 
~ Kami dipertemukan di MAPALA. Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam. Kecintaan kami terhadap kegiatan yang berhubungan dengan alam menjadikan kami akrab sampai sekarang ~
“ Zee.. kamu ngapain sendirian gitu?” Tanya Rey sambil ngledek.
“ Kamu sendiri ngapain disini !  “ jawabku  ketus
“ Dih,, ditanya kok malah balik tanya si, ketus lagi “ celetuk Rey sambil memonyongkan mulutnya. “ Eeh .. girl udah lama kita gak muncak  ~ bahasa gaul mereka untuk naik gunung ( camping ) ~ “Rey menyenggol bahu kiriku dengan bahunya. “ ayoo .. dong kemana gitu..” tambahnya. Aku masih tetap diam .
“ Hei..” Rey berseru dan memposisikan dirinya berada tepat di depanku, hingga matanya bisa melihat pandangan kosongku.
“Zee.. Kamu kenapa sih. Gak biasanya kamu kaya gini? Gak seru aah.. “ Rey mulai mengeluarkan jurus manjanya agar diperhatikan olehku. Sambil membalikan badannya.

-           -- Dia bisa dibilang sahabat, teman dan saudara terdekatku saat ini. Meskipun demikian ada hal tersembunyi  yang belum dia ketahui tentang diriku, tentang kehidupanku sebelum mengenalnya, tentang sebuah janji, tentang harapan yang selalu tumbuh tunas – tunasnya setiap hari, atau bahkan tentang  beku nya hatiku atas sebuah rasa yang dijuluki dengan kata ‘CINTA’.  Dia hanya tahu aku adalah seorang anak yatim piatu yang satu tahun ini baru pindah dari tempat tinggalku yang dulu dan kini  tinggal dengan  tante ku, karena  2  tahun lalu ayah ibuku meninggal dalam kecelakaan pesawat terbang. Dia tak tahu perjuanganq selama 2 tahun itu. Yang dia tahu hanya lah satu tahun terakhir q pindah ke kampusnya dan bergabung pula di MAPALA. Itu pun atas dasar saran dari tanteku agar aku bisa lebih banyak teman dan tak kesepian lagi.--

“ Rey “ setelah sekian menit kita berdua saling diam akhirnya aku memulai untuk membuka obrolan.
“ Emangnya kamu pengen muncak ke mana ?” tanyaku masih dengan sikap enggan.
“ Deketan aja, yang penting refresh gitu” jawab Rey membalikkan badan. Senyumnya mengembang.
“ anak – anak mau ?” tanyaku lagi
“ yaa ayook makanya kita ngumpul dulu “ Ajak Rey sambil memegang pergelangan tanganku.
“ sekarang ?!” tanyaku menegaskan.
“ ya engga siihh,, “ jawab Rey senyum – senyum gembira. “secepatnya yaa ?” lanjut Rey mengerlingkan mata tanda merayu.
“ yaa, kondisikan dulu anak – anak yang lain laahh, kamu tanya dulu mereka mau gak ?” Jelasku
“ Lho, kok Cuma aku yang nanya. Emang kamu gak mau ?” Tanya nya sambil mengerutkan dahi. Lalu melepaskan pegangannya.
“ Ya udah, kamu atur aja. Aku ikut deeh apa hasilnya” jawabku memberi harapan.

Sebenernya si aku agak enggan menuruti ajakan Rey, karena itu sama saja akan membuka semua kenangan itu, luka itu, dan seseorang itu.
Kalau aku tidak menyetujui ajakan Rey, dia pasti akan terus nyerocos tak henti ~ dan aku sebal kalau Rey sudah begitu~ jadi aku ikut saja meskipun dengan setengah hati.
***



Malam ini malam minggu, belum selesai aku melepaskan mukena, ponselku berdering. Aku bereskan mukena ku sebelum melihat siapa yang sedang memanggilku di ponsel. “ Rey “ tertulis jelas di layar ponselku sedang memanggil.
“ Assalamu’alaikum, “ sapa ku
“wa’alaikumsalam wr.wb ” Rey menjawab
“ Iya, ada apa Rey ?” tanyaku
“ Zee.. aku udah kasih tau anak2 buat ngumpul besok habis ngampus. Sekitar jam 3 sore harus udah ada di basecamp. Biar kelarnya gak kesorean.” Jelas Rey
“ Ooh,, yaa..” jawabku ogah – ogahan.
“ Terus aku juga udah jelasin kalau kita bakal muncak “ lanjutnya.
“ he_em,, iyaa” masih dengan ogah – ogahan.
“ Sebagian anak – anak ok katanya, jadi besok bahas sebagian yg belum juga sekalian nentuin tempatnya.
“ iyaa…” jawabku lirih
“ zee,, kamu kenapa sih ? dari tadi Cuma iyaa,, iyaa,, iyaa doank. Ngomong apa kek gitu?” protes Rey
“ Aku mesti ngomong apa? Kalo aku gak setuju nanti kamu marah, giliran di iya’in protes juga. Terus aku harus gimana?” sekarang aku yang mulai protes.
“ hehehe,, iyaa deehh. Yang penting kamu mau ikut”.
“ ya udah makanya jangan protes mulu, nanti aku gak jadi ikut lho kalau kamu protes mulu”. Ancamku pada Rey
“ iya deeh iya. Aku gak protes lagi “. Rey menyerah.
“ Kalau Kamu gak protes, bukan Rey namanya.” Ejek ku pada Rey.
“ Hmm, iya deh iya,, aku Rey Si tukang Protes “ tukas Rey Pasrah.
Kami larut dalam obrolan di telfon beberapa menit. Setelah Rey memutuskan sambungannya aku bergegas ke ruang makan karena dari pagi hanya sarapan roti saja. Nafsu makanku memang sedang buruk saat ini. Kebetulan tanteku sudah pulang dari kantor tempat dia bekerja. Dan bersiap untuk makan malam juga.

-       -- Tanteku AFFINA Az Zahwa  adalah adik ibuku satu satunya. Dia seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta. Semenjak suaminya meninggalkannya, dia kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Alhamdulillah ayah sudah mempersiapkan dana dalam bentuk asuransi pendidikan untuk kelanjutan pendidikanku dan ibuku yang seorang PNS juga mempunyai dana pensiun untuk kebutuhanku setiap hari. Jadi aku tak terlalu merepotkan tanteku. Selain itu juga ada Dana santunan / jasa raharja untuk para korban kecelakaan pesawat dari pihak maskapai penerbangan. Dan uang itu di tabung oleh tanteku untuk keperluanku yang lain. --
***













Tidak ada komentar:

Posting Komentar